Tradingview Widget

Friday, January 27, 2023

Pasar saham sebagai sumber pendapatan pasif (Passive Income)

In short, passive income is a type of income in which money is generated on a recurring basis with little to no effort.
~ ~
Sederhananya, pendapatan pasif adalah tipikal pendapatan dimana uang dihasilkan berulangkali dengan sedikit bahkan dengan tidak melakukan apapun.
~~

Kim Kiyosaki - Here’s Why You Need Passive Income to be Financial Free

Salah satu sumber pendapatan pasif adalah lewat pasar saham. Di Indonesia dikenal Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menjadi tempat perdagangan saham. Saat tulisan ini dibuat, tercatat 836 emiten ada di BEI dan masih akan terus bertambah dimasa yang akan datang.
Dengan fasilitas on-line trading, aktifitas jual-beli saham bisa dilakukan dari mana saja dengan koneksi internet. Penggunaan smartphone yang lebih luas menjadi pendorong kuat aktifitas trading di BEI. Pada 28 Juni 2022, CNBC melaporkan jumlah investos Pasar Modal Indonesia melampaui 9jt. Mengutip Inarno Djajadi, jumlah investor pasar modal telah meningkat lebih dari 1.57juta single investor identification(SID) lebih dari 21% dari tahun sebelumnya. Dari total jumlah investor Pasar Modal Indonesia, 81.74% di antaranya didominasi oleh investor muda. Untuk investor saham mengalami peningkatan lebih dari 15.6% dari tahun sebelumnya.
Angka pertumbuhan investor tersebut masih belum dipisahkan antara investor aktif sebagai trader dan investor pasif. Investor aktif/ trader bisa diuraikan dalam kategori trader yang sangat aktif bertransaksi harian didominasi oleh para scalper dan fast trader, dan kategori trader yang lebih kalem tipe yang bertransaksi dalam rentang mingguan, bulanan sampai tahunan.
Trader dengan rentang waktu yang lebih panjang lebih menekankan pada pertumbuhan modal secara optimal. Sebagai trader dengan rentang waktu lebih panjang bukan berarti tanpa pengendalian resiko (cutloss) tetapi tentu saja jarak resiko menjadi lebih besar. 
Pada prinsipnya kehidupan sebagai trader adalah sama, mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga. Melakukan pembelian di harga lebih rendah dan menjual di harga yang lebih tinggi. Rentang waktu yang lebih panjang memberikan kesempatan harga bertumbuh lebih jauh, sebagai konsekuensi aktifitas jual-beli menjadi lebih sedikit.
Dalam praktek sehari-hari bisa dilihat pada penggunaan indikator teknikal pada chart yang digunakan. Trader dengan rentang waktu panjang biasanya menggunakan indikator trend seperti MACD, ADX dan Moving Average(MA). Dengan rentang waktu panjang, tentu saja periode MA yang digunakan lebih panjang. Misalnya MA(20) untuk melihat pergerakan harga dalam 20hari(1 bulan) atau MA(50) untuk pergerakan 3 bulan.
Penggunaan indikator MA menjadi favorit karena kemudahan aplikasi. Misalnya dengan melihat harga penutupan di atas garis MA(50) untuk menjadi pertanda / signal beli. Pergerakan MA(50) cenderung lambat sehingga tidak terlalu sering memberikan signal.
Dengan menggunakan indikator moving average, bisa memberikan imbal hasil yang memuaskan. Ide sederhana membeli saat harga memotong naik MA(50) dan menjual saat harga memotong turun MA(50) seperti pada gambar dibawah. 
Gambar 1. Chart SMDR dengan MA(50)


Signal beli didapat saat panah hijau dan signal jual didapat saat panah merah. Dengan rentang waktu sejak 4 Mei 2021 sampai 31 Agustus 2021 - hampir 4 bulan hanya ada 1 signal beli dan 1 signal jual. Keuntungan yang di dapat adalah sebesar 66.3%.
Untuk memperbaiki kinerja, bisa ditambahkan MA(20) sehingga pada chart akan terlihat seperti berikut.
Gambar 2. Chart SMDR dengan MA(50) dan MA(20)


Penambahan MA(20) membantu dalam pengambilan keputusan jual. Bila diperhatikan pada chart, signal jual didapat saat harga tutup dibawah MA(20). Rentang waktu sejak 4 Mei 2021 sampai 10 Agustus 2021 - 3 bulan lebih seminggu, dengan keuntungan 67.15%
Tentu saja penggunaan metode ini memiliki resiko gagal. Harga yang bergerak naik ke atas MA(50) tetapi kemudian turun kembali ke bawah MA(50) atau biasa disebut sebagai false break tidak dapat dihindari, salah satu cara mengurangi resiko tersebut adalah dengan melihat volume transaksi. Penembusan resisten dengan volume besar memberi tanda positif. Sebaliknya volume transaksi kecil bisa menjadi pertanda buruk saat terjadi penembusan resisten. Contohnya pada gambar berikut.
Gambar 3. Chart ACES dengan MA(50)

Gambar 4. Chart ACES dengan MA(50)


Perhatikan saat harga menembus MA(50) dari bawah yang diberi panah hijau, dengan memperhatikan volume transaksi yang relatif kecil dibanding dengan volume transaksi di hari-hari sebelumnya, terbukti harga tidak lama bertahan di atas MA(50) dan kembali turun. Dengan bantuan volume transaksi trader bisa mendapatkan perspektif mengenai penembusan resisten dalam hal ini MA(50).
Dengan menggunakan MA, seorang trader tidak perlu melakukan banyak aktifitas trading. 
Sedikit aktifitas dengan imbal hasil yang memuaskan, tentu saja memberikan kelonggaran waktu yang lebih luas, hal ini membawa trader lebih mendekat ke tujuan menjadikan pasar saham sebagai sumber pendapatan pasif. 

Monday, September 20, 2021

Memilih saham bagus dengan ratio fundamental sederhana

Beberapa kali dalam video di channel Stock Technician, dikatakan Pilih Saham dengan fundamental beli dengan teknikal. Kalimat sederhana namun eqivalen dengan tidur nyenyak dan makan enak.


Pada video dengan judul "Saham Potensial tahun 2020" dipublikasikan tanggal 14 Desember 2019, sudah diungkapkan beberapa saham yang menjadi pilihan menarik. Tahun 2020 seperti diketahui bersama, IHSG mengalami koreksi hebat. Segera setelah koreksi, saham-saham pilihan tersebut mengalami penguatan signifikan. Salah satu saham yang memberikan cuan tebal adalah ISSP.


Kriteria memilih saham berdasarkan ratio fundamental yang digunakan sangat sederhana, bahan tersedia gratis dan bertebaran di internet. Tanpa mendengarkan rumor, tanpa gossip saham yang bagus akan naik secara otomatis. Pemilihan dengan data fundamental memperkecil peluang cutloss.


Kriteria pertama adalah Price to Book Value (PBV). PBV adalah perbandingan antara harga pasar dengan harga buku. Dengan memperhatikan PBV bisa didapatkan saham yang berharga murah tapi bernilai tinggi. Pada opsi ini carilah saham dengan PBV < 1 atau bahkan PBV < 0,5.


Kriteria kedua adalah Price to Earning Ratio (PER). PER adalah perbandingan antara harga pasar dengan pendapatan. Misalkan saham A harganya 200, PER 12x; artinya harga saham A sebanding dengan 12x pendapatannya. Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa semakin kecil PER, semakin bagus. Pada opsi ini dicari saham dengan PER <5.


Kedua kriteria PBV dan PER saja sudah cukup, tetapi saat screener dijalankan maka saham yang sangat busuk juga akan terjaring. Misalnya emiten yang mengalami kerugian, maka PER akan bernilai negatif. 


Untuk membuang saham busuk ditambahkan lagi kriteria lainnya yaitu Earn per share (EPS). EPS yang diminta adalah EPS > 1, artinya earning emiten tersebut harus lebih besar dari 1 alias mengalami keuntungan meskipun tipis, istilah kasarnya yang penting cuan deh, jangan sampe rugi.

Cukup dengan 3 persyaratan tersebut, saham pilihannya sudah bagus. Tabel berikut adalah saham-saham yang terjaring dengan menggunakan ratio fundamental.



Kapan membeli saham pilihan? Mungkin akan dibahas pada tulisan berikut, doakan saja.

Saturday, August 14, 2021

Membuat Screener dengan Trend Indicator di TradingView

Untuk mencari suatu uptrend cara termudah adalah dengan menggunakan indikator teknikal. Caranya bisa dilakukan hanya dalam waktu singkat dengan menggunakan filter/ screener yang tersedia gratis di web ataupun aplikasi TradingView (https://tradingview.com). 
Dalam video di channel Stock Technician (https://youtu.be/wbiMA1YGPV8) saya memberikan 2 indikator trend yang sangat bermanfaat untuk mendeteksi harga yang bergerak naik, yaitu MACD dan ADX.

Gambar 1. Video di youtube

Melalui tulisan ini akan diberikan cara untuk membuat filter sesuai dengan video tutorial tersebut.


1. Filter MACD.

Pada web / aplikasi TradingView, pada bagian kiri bawah terdapat tulisan Stock Screener. Buka menu tersebut, maka tampilannya akan seperti pada gambar 2.


Gambar 2. Pilih menu <Stock Screener>

Klik menu <Filter>, dan sebuah pop-up menu akan muncul. Pada bagian ini bisa dipilih kriteria apa yang diinginkan sehingga saham-saham yang memenuhi kriteria tersebut muncul.
Gambar 3. Memilih menu <Filter>

\
Disarankan untuk klik pada tulisan <Reset All> di pojok kanan atas untuk melakukan pembersihan pada kriteria yang mungkin sudah pernah diberikan. Pada bagian atas bisa dipilih pada menu <Technical> untuk menampilkan semua kriteria teknikal yang disediakan TradingView. Masukkan "MACD" pada kolom pencarian seperti pada contoh Gambar 4.

Gambar 4. Mencari Indikator MACD

Pada tahap ini, pilih <Above or equal> dan <MACD Signal(12,26)> . Pada kolom MACD signal(12,26) berikan kriteria <Above> dengan value bernilai <0>


Gambar 5. Nilai pada filter MACD


Filter ini akan memilih semua saham yang MACD berada di atas signal dan signal berada di atas 0. Filter ini tidak akan menampilkan saham yang golden cross, tetapi signal berada di bawah level 0.
Setelah proses ini selesai tutup pop-up menu, dan TradingView langsung menampilkan semua saham yang golden cross dan signal lebih besar dari 0. 

Gambar 6. Memilih menu <Filter>

Tradingview menampilkan jumlah saham yang lolos kriteria dan bagian filter akan tampak angka 2 yang menandakan ada 2 kriteria yang digunakan. Lihat Gambar 6.


2. Filter ADX

Pemasangan ADX  pada prinsipnya sama sperti pada langkah sebelumnya, tetapi pada bagian memilih filter Technical lakukan pencarian dengan keyword "ADX".

Setelah kriteria ditampilkan, isi kolom ADX dengan nilai <Above> dan nilai <20>. Sedangkan pada kolom Positive Directional Index pilihlah <Above or Equal> dan pilih < Negative Directional Indicator(14)>. Seperti pada Gambar 7.


Gambar 7. Filter ADX

Kedua filter tersebut sebaiknya tidak digabungkan, karena bisa meningkatkan resiko terjadinya false signal. Hasil dari kedua screener tersebut dipilih secara manual dengan melakukan pemeriksaan pada chart. Klik pada kode ticker saham yang ditampilkan screener, TradingView akan langsung menampilkan chart saham tersebut.

Selamat mencoba semoga bisa membantu.

Friday, April 3, 2020

Menemukan saham pemberi cuan dengan CCI Divergences

Indikator CCI adalah salah satu indikator yang tersedia di hampir semua charting software.Saya menggunakan CCI sejak menggunakan Chartnexus lalu pindah ke Amibroker  dan sekarang di Tradingview tetap menggunakan CCI sebagai salah satu indikator favorit.
Dalam keadaan normal, saya seorang naked chartist, tetapi dalam situasi tertentu CCI sangat membantu untuk mengambil keputusan untuk menentukan posisi di pasar.

Cara penggunaan CCI:

CCI digunakan untuk mendapatkan indikasi harga akan bergerak naik atau turun dari posisi sideways.
CCI dibagi dalam 3 zona, yaitu zona oversold saat CCI ada dibawah -100, zona oversold saat CCI berada di atas nilai 100 dan zona netral saat CCI berada diantara -100 dan 100. Penggunaan umum CCI adalah:


1. CCI menembus -100 dari bawah ke atas, mengindikasikan harga akan beranjak naik.Seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. CCI naik ke atas -100


2. CCI menembus 100 dari atas ke bawah, memberikan indikasi harga akan bergerak turun.Seperti terlihat pada gambar 2

Gambar 2. CCI turun ke bawah 100


Penggunaaan CCI sangat mudah, satu cattan yang harus diperhatikan adalah CCI bekerja sangat baik saat harga sedang sideways / trendless. Bila sedag trending, maka CCI cenderung berada di zona overbought ataupun oversold, sehingga tidak menghasilkan signal apapun.CCI bersifat leading, sehingga hanya diperlukan beberapa candle untuk membuat CCI bergerak memberikan signal. Dengan sifat leading sebagaimana indikator leading lainnya, CCI termasuk sering memberikan false signal. Sebagai trader diperlukan sedikit ketelitian dalam penggunaan indikator ini.

Divergence pada CCI

Salah satu metode dalam menggunakan CCI adalah dengan menemukan divergence. Suatu kondisi dimana CCI bergerak berlawanan arah dengan harga. Misalnya harga membentuk lower low tetapi CCI membentuk higher low mengindikasikan harga akan bergerak naik lazimnya disebut sebagai bullish divergences, seperti diberikan pada gambar 3.


Gambar 3. Bullish divergences 

Selain bullish divergences, ada bearish divergences yaitu saat harga bergerak membentuk higher high sebaliknya CCI memberikan bentuk lower high, indikasi yang diberikan adalah harga akan bergerak turun, seperti pada contoh Gambar 4.

Gambar 4. Bearish divergences

Pada chartnexus, untuk menemukan divergence diperlukan usaha extra, memperhatikan satu demi satu chart. Pada prakteknya, untuk menemukan divergence pada CCI saya menggunakan bantuan AFL (Amibroker Formula Language).  Dengan menggunakan AFL pekerjaan cukup dilakukan sekali dan bisa dipakai berulang.Saya hanya mencari bullish divergence menyesuaikan dengan kondisi pasar saham Indonesia yang hanya memungkinkan cuan lebar saat harga bergerak naik, Trader tidak dimungkinkan membuka posisi sell.Cara menemukan bullish divergen adalah dengan melihat saat CCI turun dibawah -100 dan mencari dara lembah. Dari dasar lembah tersebut lalu dihubungkan dengan dasar lembah sebelumnya. Bila dasar lembah sebelumnya lebih rendah dari dasar lembah terakhir diperlukan langkah selanjutnya.Memeriksa harga pada saat CCI membentuk dasar lembah. Dengan demikian kita harus menemukan Low saat terjadi dasar lembah pada CCI lalu dihubungkan dengan garsi. Bila garis pada CCI dan garis pada harga berlawanan arah, itulah yang kita sebut sebagai divergences.Sebagai contoh saya berikan chart BBRI, sama seperti Gambar 4, dengan menggunakan AFL pada Amibroker.

Gambar 5. Bullish Divergence dengan AFL

Perhatikan signal kuning pada panel CCI, AFL telah memberikan tanda saat CCI naik ke atas -100 dengan didahului oleh divergence. Di panel CCI sudah disertakan juga garis divergence, sehingga untuk memeriksa lebih mudah dilakukan dengan memeriksa harga terendah pada panel harga yang sesuai dengan dasar lembah pada CCI.
Gambar 6 menunjukkan signal yang diberikan oleh CCI beberapa waktu sebelum terjadi rally pada BRPT

Gambar 6. Signal buy pada BRPT

Divergence pada CCI akan sangat berguna untuk mendeteksi reversal yang akan terjadi saat IHSG berbalik arah dari bearish menjadi bulllish. Akan ada sangat banyak pilihan saham yang menunjukkan reversal. Dengan bantuan indikator CCI bisa ditemukan saham potensial dengan lebih cepat tanpa perlu berlarut-larut memperhatikan setiap chart.

Untuk kawan-kawan yang ingin menggunakan AFL CCI Divergences bisa mengisi form, akan dikirimkan melalui WA ataupun email. Pengiriman batch 1 akan dilakukan pada tanggal 10 April 2020. Batch selanjutnya akan dikirim bila peminat mencapai 100 orang. Supaya kirimnya bareng, gak cape bolak balik entry nomer di WA. Pastikan nomer WA dan email valid, karena gak mungkin saya memeriksa data. Video penjelasan mengenai indikator inibis dilihat melalui  channel Youtube StockTechnician.

Tuesday, October 22, 2019

Buy on breakout

Beli saham saat harga bergerak menembus resisten (Buy on breakout - BoB) sering menjadi jebakan untuk trader, terlalu sering terjadi false signal, dikira breakout begitu dibeli ternyata harga malahan bergerak turun, gagal breakout, hingga kena batas cutloss.

Harga menembus resisten, signal beli

Harga turun menembus support, false signal. Cutloss


Seringkali setelah mengikuti pergerakan harga dalam rentang waktu sebulan, untuk mendapatkan pola gerakan harga, terdeteksi beberapa kali muncul false signal, bahkan harus dilihat lebih kekiri lagi untuk mendapatkan pola pergerakan yang lebih detil. Meskipun sudah cukup lama mengikuti pergerakan harga, tetapi false signal tetap saja menjadi jebakan, tidak ada jaminan harga sudah aman menembus resisten.

Untuk meminimalisir kerugian saat terjadi false signal maka diperlukan perhitungan dalam mengalokasikan dana saat melakukan pembelian. Misalnya saat mulai melakukan pembelian, dialokasikan 10-20% dari total dana yang disiapkan. Dengan melakukan pembagian demikian, saat harga bergerak turun kembali dibawah batas aman, kerugian yang ditanggung jauh lebih kecil daripada batas maksimal loss yang disiapkan.
Initial buy
Setelah harga bergerak naik, pembelian kembali dilakukan (averaging up) dengan kisaran 10% dari total dana, itupun belum bisa menjamin bahwa harga tidak akan turun kembali ke harga average dengan demikian kita bisa menggeser batas aman ke harga average, sehingga bila harga bergerak turun, setidaknya kita kembali modal (impas).

Averaging up pertama. stoploss menjadi trailing stop
Setiap kali harga bergerak menembus suatu area resisten, batas aman (cutloss level) bisa digeser naik, disini cutloss level sudah bisa disebut sebgai trailing stop, sifatnya bukan lagi membatasi kerugian tetapi sebaliknya menjaga agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar.

Averaging up kedua, trailing stop dinaikkan

Trailing stop tersentuh, jual


Setiap kali harga bergerak menembus suatu area resisten, batas aman (cutloss level) bisa digeser naik, disini cutloss level sudah bisa disebut sebgai trailing stop, sifatnya bukan lagi membatasi kerugian tetapi sebaliknya menjaga agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar.

Dengan demikian kita bisa melakukan beberapa kali entry tanpa takut porsi terlalu besar. Disisi negatifnya, terlihat saat harga bergerak naik, keuntungan yang diperoleh tidak besar karena modal yang dipakai untuk melakukan pembelian juga tidak besar.

Setidaknya dengan sistem ini pembagian resiko dilakukan secara terukur, kontrol terhadap keuntungan yang diperoleh tetap dilakukan. Bila harga bergerak naik, keuntungan terus bertambah sebaliknya bila bergerak turun secara tiba-tiba, keuntungan tidak tergerus lebih besar.


Sunday, June 2, 2019

Menemukan saham dengan potensi naik minimal 10%

Untuk trading saham di BEI, hanya bisa menghasilkan keuntungan bila membeli di harga rendah dan menjual di harga tinggi. Dengan demikian, cara trading yang paling masuk akal adalah memilih saham yang sedang uptrend.

Salah satu cara yang paling mudah untuk memilih saham uptrend adalah dengan melihat harga yang berada di sekitar all time high (ATH). Dalam mengamati pergerakan harga, saya membatasi diri melihat saham yg tutup di atas 90% ATH, dengan demikian masih ada kurang lebih 10% untuk mencapai ATH dan bonus lebih besar bila harga bergerak membentuk ATH yang baru, yang jelas peluangnya sangat besar karena uptrend yang sedang terjadi.

Dengan screener ini, sepanjang tahun 2018 terdapat 4829 signal yang dihasilkan.


Dari signal yang dikeluarkan tersebut, bila pilih hanya yang berstatus ATH terdapat 810 signal. Dan 412 signal menghasilkan keuntungan lebih dari 10% setelah 50candle, dan ada 398 signal yang menghasilkan kurang dari 10% atau bahkan rugi.


Sebaiknya untuk menguji sebuah screener dilakukan dalam rentang yang panjang, sehingga bisa terlihat kemampuan screener dalam menghadapi berbagai kondisi pasar.

Silahkan lakukan pengujian pada screener ini melakukan modifikasi untuk penyesuaian. Screener ini hanya menghasilkan signal beli, bukan suatu trading system yang lengkap. Lakukan testing untuk berbagai parameter untuk mendapatkan hasil yang optimal untuk trading. AFL ini bisa di download melalui cloud server dengan mengikuti link ini. Ada dua versi screener untuk pengguna Amibroker versi  6.20 dan yang lebih baru bisa menggunakan keduanya, sedangkan pengguna versi sebelumnya bisa menggunakan versi lawas. Perbedaan keduanya adalah pada kecepatan mengolah output, tetapi tidak terasa perbedaan yang signifikan karena data yang diolah cuma sedikit. Pengguna Amibroker versi 6.0 dan sebelumnya akan menemui error pada AFL disebabkan oleh kompatibilitas Formula Editor yang belum mendukung penggunaan Statment "AddMultipleColumn"

AFL ini disimpan pada folder custom sehingga bisa dimodifikasi, bila diaplikasikan pada chart harga, maka akan ada area berwarna di ATH sampai -10%, dan saat penutupan ada dalam area watchlist tersebut akan diberi notasi dot biru pada bagian atas harga. Sedangkan bila tercipta ATH yang baru, maka notasi yang diberikan adalah dot kuning.

Contoh penggunaan screener ini bisa dilihat di channel Stock Technician.

Berikut adalah hasil screening untuk candle tanggal 31 Mei 2019, yang mencapai ATH adalah  BELL, CLEO, BTPS dan MDKA. Sedangkan yang sudah boleh mulai entry adalah ACES, MTDL PWON dan SMSM karena terlihat sudah mengalami retracement dan sekarang sudah kembali berada dalam area >90% ATH, semoga berikutnya bisa membuat ATH yang baru dan memberikan keuntungan lebih banyak lagi.



Semoga bisa membantu.

Monday, October 8, 2018

Beta Academy Batch 2

Beta Academy Batch 2 sudah terselenggara dengan baik, pertemuan off air pada 6 Oktober 2018 dilakukan di seputaran Cawang - Jakarta Timur. Pertemuan off air dimaksudkan sebagai penekanan mengenai materi-materi yang sudah dibahas selama 2 bulan.

Pergerakan pasar secara real yang terjadi selama 2 bulan diharapkan bisa menjadi tempat praktikum untuk semua peserta. Pergerakan IHSG yang sedang sideways merupakan bahan yang cukup baik walaupun belum mencakup seluruh emosi pasar. Dalam rangkaian workshop selama 2 bulan, didapatkan berbagai pergerakan termasuk kekeliruan dalam melakukan analisa.

Dengan menggabungkan cara trading dari 3 orang mentor, diharapkan peserta bisa menemukan cara trading yang lebih sesuai dengan tingkat kenyamanan dan besaran resiko masing-masing.

Ada waktu-waktu tertentu dimana peserta bisa praktek sebagai scalper dengan membaca order book dan menggunakan Tape Reading. Dimana posisi buy/sell dilakukan berdasarkan komposisi bid-offer dan volume yang tercantum pada order book.

Setiap malam peserta diminta untuk membuat sebuah trading plan dan mengeksekusi lalu menuangkan dalam sebuah journal untuk kemudian melakukan evaluasi.

Contoh-contoh praktis penerapan VPA  (Volume Price Analysis) langsung dengan real market dengan melakukan analisa chart dimalam hari dan melihat secara nyata pergerakan harga tanpa rekayasa.

Penggunaan Fibonacci dalam perdagangan nyata, melihat bagaimana harga bergerak dengan perlahan dan menyentuh level support dan resisten sesuai dengan Fibonacci.

Pelatihan selama 2 bulan yang menyenangkan, dari sisi seorang mentor dimana bisa dilihat perkembangan setiap peserta, journal trading yang masuk dibandingkan sejak journal pertama dengan journal berikutnya didapatkan perkembangan yang sangat mengagumkan.

Salah satu yang paling nyata adalah masalah disiplin. Pada awal-awal pelatihan, dimana analisa teknikal masih sangat sering dibantu, kemudian eksekusi secara tergesa-gesa karena fear/greed juga alokasi portofolio yang dibagi secara merata. Setelah beberapa waktu terjadi perubahan yang cukup drastis, pemilihan emiten lebih mandiri, disiplin pada rencana yang sudah disusun, eksekusi dengan sabar, penuh percaya diri pada kemampuan masing-masing peserta.

Harus diakui ada range yang cukup lebar antar peserta, terutama pada peserta yang benar-benar masih baru di dunia saham dan peserta yang sudah memiliki pengalaman yang cukup bagus.

Dari sejumlah peserta, ada juga yang sudah bisa menjadi admin group premium, memberikan analisa dengan baik dan berhasil menjual kepada trader lain, suatu pencapaian yang belum pernah terpikirkan oleh para mentor. 😁  Kami bahkan tidak pernah terpikir mampu mencetak seorang Penjual Signal, suatu hal yang sangat membanggakan, ada peserta Beta Academy yang dipakai secara nyata sebagai analyst Group Premium.

Beta Academy adalah awal dari petualangan mencari jati diri sebagai seorang trader. Banyak kemampuan dasar trader yang bisa diberikan tetapi tidak ada jalan pintas untuk menjadi seorang real trader. Jalan pintas untuk menyingkat masa pembelajaran, tetapi pengalaman di pasar yang sesungguhnya dengan semua kejadian unik tidak bisa didapatkan dari sumber lain.

Selamat berjuang, dapatkan pengalaman baru yang menyenangkan, sampai jumpa di puncak.


Data EoD dengan Frekwensi, Foreign Net Buy/ Sell dan Valuasi Transaksi harian

Kebutuhan data transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia sangat tinggi, setiap institusi mencoba memberikan yang terbaik. Ada berbagai ...